IHRAM.CO.ID, JAKARTA — Beberapa studi arkeologi menyimpulkan, Jeddah
sudah dihuni manusia sejak zaman batu. Para arkeolog menemukan
beberapa peninggalan berupa artefak dan tulisan ”Thamoudian” di Wadi
Breiman dan Wadi Boib yang terletak di bagian timur dan timur laut
Jeddah. Sementara, beberapa sejarawan mengatakan, Jeddah pertama kali
dihuni oleh suku Bani Quda’ah pada 115 SM.
Sejarah juga mencatat, pada sekitar 2.500 tahun silam, sudah ada
pelabuhan di pesisir Laut Merah, Jeddah. Di dekat pelabuhan itu
terdapat sebuah permukiman nelayan kecil. Seiring berjalannya waktu,
pelabuhan itu berkembang dan sempat menjadi pusat perdagangan yang
didatangi pedagang dari mancanegara, seperti Yaman dan negara-negara
Eropa.
Pada 647, Jeddah mulai berfungsi sebagai pintu masuk bagi jamaah haji
yang hendak menuju Tanah Suci Makkah. Sejak saat itu, Jeddah menjelma
menjadi kota yang memiliki posisi penting bagi pelaksanaan ibadah
haji.
Pada tahun itu pula, Khalifah Utsman bin Affan menetapkan Jeddah
sebagai pelabuhan utama untuk mengakses Kota Makkah melalui jalur
laut. Saat itu, Jeddah masih dikenal dengan sebutan Balad al-Qanasil.
Dalam buku catatan perjalanannya, Ibnu Battutah dan Ibnu Jubayr
mengatakan, Jeddah merupakan kota yang indah. Banyak bangunan megah
dan kebanyakan bergaya arsitektur Persia.
Sebelumnya, al-Maqdisi al-Bishari, penulis buku Ahsan al-Taqaseem fe
Ma’rifat al-Aqaleem, juga mengulas tentang Jeddah dalam karya tulisnya
itu. Menurut penulis yang wafat pada 900 M ini, Jeddah merupakan kota
yang aman dan penuh dengan para pedagang serta orang kaya. Jeddah,
menurutnya, juga merupakan ladang harta bagi Makkah dan tempat tinggal
bagi orang Yaman dan Mesir.
“Ada masjid di sana. Namun, masyarakat sulit mendapatkan air meskipun
kota ini memiliki banyak penampungan air. Masyarakat mendapatkan air
dari tempat yang sangat jauh. Mayoritas penduduk Jeddah berasal dari
kawasan Persia. Kota ini memiliki lorong-lorong lurus yang kondisinya
terawat dengan baik. Sayangnya, kota ini sangat panas,” tulis
al-Bishari dalam bukunya.
Dari sisi pemerintahan, Jeddah selama beberapa periode dipimpin oleh
penguasa Muslim, mulai dari Dinasti Umayyah, Abbasiyah, Ayyubiyah,
hingga Mamluk. Di antara beberapa dinasti tersebut, Mamluk merupakan
dinasti yang paling lama menguasai Jeddah.
Di bawah kekuasaan Dinasti Mamluk, posisi Jeddah kian mapan sebagai
jalur perdagangan dan haji. Dinasti ini memiliki komitmen yang kuat
untuk menjaga Tanah Suci dan dua masjid yang berada di dalamnya, yakni
Masjidil Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah.
sumber ihram.co.id